Pembatalan Konferensi Pers Tahunan oleh Putin – Konferensi pers yang dilakukan di akhir tahun telah dibatalkan oleh presiden Rusia, Vladimir Putin. Keputusan tersebut diambil pada saat terjadi perang antara kedua negara yaitu Rusia dan Ukraina.
Perang dua negara tersebut telah masuk ke bulan 10 dan menjadi momentum yang saat ini diperbincangkan di dunia internasional. Pernyataan gagalnya konferensi pers telah disampaikan oleh juru bicara, Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media bahwa konferensi pers besar tidak akan dilangsungkan sebelum tahun baru.
Akan tetapi, hingga pernyataan tersebut sudah sampai ke jurnalis tetap tidak ada alasan mengapa presiden Rusia menghentikan tradisi tahunan tersebut. Dari beberapa sumber menjelaskan terjadinya masalah pembatalan konferensi pers tahunan karena terjadi inflasi Rusia ke Ukraina.
Faktor inilah yang memungkinkan dalam pengambilan keputusan oleh Putin supaya tidak melangsungkan konferensi pers besar di tahun ini. Putin merupakan seseorang yang memiliki kuasa sejak 2000 dan sudah di berlangsungkan pengadaan konferensi pers bersama wartawan Rusia hingga asing di bulan Desember.
Dari kegiatan tersebut menjawab banyak pertanyaan terkait isu yang berhubungan dengan kebijakan baik itu dalam ataupun luar negeri negara rusia. Dilangsungkannya pertemuan media menjadi acara politik yang cukup besar di negara rusia dan biasanya berlangsung dalam beberapa jam ke depan.
Di tahun 2021 lalu, Kremlin telah menunjuk 500 jurnalis Rusia serta asing supaya bergabung untuk konferensi pers tahunan yang dilakukan oleh Putin. Meskipun memang banyak media kala itu, akan tetapi tetap tidak bisa melakukan pengajuan akreditasi karena masih berada di situasi pandemi Covid 19.
Tahun lalu, media independen seperti halnya Novaya Gazeta yang pada saat itu pemimpin redaksi media mendapatkan anugerah Hadiah Nobel Perdamaian. Namun, dari pihak media tidak mendapatkan undangan resmi untuk mendatangi konferensi pers tahunan yang diadakan oleh presiden Rusia.
Di acara konferensi pers tahun lalu berlangsung selama 4 jam yang didedikasikan untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan secara langsung dengan situasi geopolitik di Ukraina. Dari pernyataan yang diberikan oleh presiden Rusia ini berkaitan dengan pengiriman pasukan ke Ukraina sejak 24 Februari dengan pengumuman terbaru atas mobilisasi dalam menopang pasukan Moskow 21 September.
Penyerangan Rusia ke Ukraina Menggunakan Amunisi Tua
Militer Rusia terus melakukan penyerangan pada Ukraina dan saat ini beralih dengan menggunakan amunisi tua yang usianya sudah puluhan tahun. Sehingga memiliki tingkat kegagalan yang cukup tinggi ketika sedang melanjutkan gencatannya terhadap invasi ke Ukraina.
Menurut pejabat senior militer AS, Hal ini dilakukan oleh Moskow karena untuk ketersediaan senjata baru sudah mulai menipis. Rusia mengambil stok amunisi tua yang menunjukkan bahwasanya dari ketersediaannya sendiri akan lebih menggunakan usia yang lebih tua lagi seperti stok 40 tahun lalu.
Dari berita yang, AS berasumsi bahwa Rusia telah beralih ke Korea Utara dan Iran guna memperoleh senjata yang lebih banyak karena untuk pasokan amunisi reguler sudah habis. Selain itu, pejabat senior militer Amerika juga memberikan penilaian terhadap Rusia untuk stok amunisi yang dimiliki oleh negara tersebut dalam penyerangan Ukraina bisa habis di awal tahun 2023.
Terlebih, ketika Rusia tidak memanfaatkan pemasok amunisi dari stok senjata yang usianya cukup tua ataupun pemasok dari negara asing. Apabila dilihat dari penyerangan yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina, dapat diberikan penilaian untuk tingkatan tembakan yang digencarkan oleh militer.
Penggunaan artileri dan amunisi roket tidak akan bertahan lama dan hanya mencukupi sampai awal 2023. Dalam menggunakan senjata yang usianya cukup tua untuk penyerangan memiliki risiko yang besar.
Amunisi tua ketika ditembakkan atau saat kondisinya mendarat sesuai tujuan biasanya akan langsung meledak. Negara Iran juga telah membantu Rusia dengan melakukan transfer drone ke negara konflik bersama Ukraina ini untuk mendukung perang ke negara tersebut.
Hingga sekarang ini, militer negara rusia belum memberikan komentar apapun terkait pernyataan yang telah disampaikan oleh pejabat militer Amerika atas tuduhan dan asumsi penggunaan amunisi tua. Moskow juga tidak mengungkapkan informasi secara detail terkait persediaan senjata sejak terjadi inovasi ke Ukraina dari 24 Februari.
Dari utusan Inggris untuk PBB yaitu Barbara Woodward juga menyampaikan argumentasinya bahwa Moskow berusaha dalam memperoleh rudal balistik yang jumlahnya ratusan dari Iran. Bahkan, juga memberikan penawaran terhadap Teheran tingkat dukungan terhadap militer hingga teknis yang memang sebelumnya tidak pernah terjadi dalam bentuk imbalan.
Inggris juga meyakini atas perang yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina ini diargumentasikan bahwa Rusia tengah mencari sumber senjata baru dari negara Korea Utara ataupun negara lain yang mendapatkan sanksi berat. Hal ini dikarenakan, untuk persediaan senjata militer Rusia sudah semakin berkurang.
Di bulan lalu, Iran juga memberikan pasukan terhadap Moskow dengan tambahan drone untuk mendukung Rusia dalam melanjutkan gencatannya pada proses penyerangan ke Ukraina. Akan tetapi, dari pihaknya mengatakan bahwa untuk senjata yang dikirimkan ke Rusia tersebut dilakukan sebelum adanya perang pecah yang terjadi dari kedua negara tersebut yaitu Rusia dan Ukraina.
Rusia juga menetes pernyataan yang disampaikan oleh pihak-pihak dari berbagai negara terkait pasukannya yang memanfaatkan pesawat tidak berawak dari Iran. Khususnya dalam proses penyerangan kepada Ukraina dan hal ini juga dibantah oleh pihak Korea Utara atas pernyataan pemberian senjata perang ke Moskow.
Namun, tetap saja untuk penggemburan yang dilakukan Rusia ke Ukraina dalam penggunaan senjata tua menjadi perbincangan oleh banyak negara. Dugaan tersebut atas dasar pemantauan dari penyerangan yang terjadi.